Mengecewakan Anak Buah Juga Berbahaya

Apakah anda tahu bahwa SPG di supermarkét belum tentu digaji oléh supermarkét tempat dia dipekerjakan? Misalnya SPG susu X, kemungkinan besar dia digaji justru oléh produsén susu X. Dia ditempatkan di supermarkét tujuan awalnya untuk mempromosikan susu X. Namun kadangkala kita melihat meréka diminta membantu kasir. Apakah manajemén supermarkét salah? Tidak. Meréka punya berbagai dalih, mulai dari antrian pembeli yang panjang, sampai dalih pamungkas yaitu, “Kalau tidak suka, silakan jangan kerja di sini.” Coba tanyakan kepada para SPG itu, berapa persén loyalitas meréka terhadap supermarkét tersebut?

Hal ini kontas dengan perusahaan-perusahaan besar kelas Dunia. Google misalnya. Selain menggaji karyawannya dengan gaji yang besar, para karyawan masih diberi fasilitas lain misalnya di dalam kantor ada tempat permainan gratis (video game, bilyard), pusat kebugaran, cuti yang tetap digaji, waktu kerja cukup 80% (sedangkan yang 20% untuk mengerjakan sesuatu sesuai kesukaan karyawannya), bahkan di dalam kantor pun ada mesin laundry gratis. Hasilnya: Google maju pesat dan loyalitas karyawannya termasuk yang paling tinggi di Dunia.

Kembali kepada saya. Dulu saya sering ngotot agar siswa pintar. Di jam pelajaran saya, saya paling sebel melihat siswa beristirahat. Pokoknya, mereka harus belajar dan kalau perlu dijejali seabreg matéri agar tidak ada lagi waktu santai. Di akhir tahun ternyata saya tidak termasuk ke dalam daftar guru yang disenangi murid. Lalu saya melihat bahwa guru-guru yang disenangi murid ternyata nilai siswanya justru tinggi. Apa rahasianya? Mungkin saya harus belajar banyak kepada meréka. Namun sampai di sini saya paham bahwa “Mengecéwakan boss adalah bahaya. Mengecéwakan pelanggan jauh lebih berbahaya sebagaimana mengecéwakan bawahan (anak buah / murid) juga berbahaya.”

Karyawan adalah asét berharga. Harus dijaga, bukan malah dijadikan seperti kuda yang dipacu untuk menghasilkan keuntungan.

Selamat pagi. Tetap semangat berkarya.
Mawan A. Nugroho.

Web Hosting